Kamis, 28 April 2011

Primitifnya orang-orang Salib pada masa Perang Salib (bagian 2)

Selain kesaksian seorang penjelajah Muslim dari Andalusia bernama Ibnu Jubayr, fakta-fakta mengenai kelakuan para ksatria pasukan Salib ketika berada di wilayah pendudukan Yerusalem dan sekitarnya juga dicatat oleh seorang bangsawan Arab bernama Usamah ibn Munqidz (488 H/1095 M - 584 H/1188 M).


Usamah menyusun sebuah buku berjudul 'Memoirs' yang menjadi salah satu acuan utama para peneliti tentang pandangan kaum Muslim terhadap tentara Salib.


Salah satu kisah laporan pandangan mata yang ditulis Usamah yang paling banyak dikutip para peneliti sejarah, adalah tentang apa yang dialami Salim, salah satu pelayan Usamah dari Maa'rat al-Nu'man yang ketika itu tengah bekerja di sebuah pemandian umum milik ayah Usamah.
Lokasi pemandian ini berada di Timur dekat, dan termasuk tempat pemandian yang mewah karena pelanggannya adalah para ksatria kaum Frank.
Dalam laporannya Salim menulis:

"Saya bekerja di pemandian di al-Maa'rat untuk nafkah saya.
Suatu hari datang seorang ksatria kaum Frank ke pemandian itu. Ksatria kaum Frank itu tidak suka jika seseorang memasang penutup yang mengelilingi pinggang saat berada di pemandian. Maka ksatria kaum Frank itu mengulurkan tangannya dan menarik lepas penutup yang ada di pinggang saya dan melemparkannya jauh-jauh.
Dia menatap saya dan melihat bahwa saya baru saja mencukur bulu kemaluan saya. Kemudian dia berseru "Salim!", ketika saya mendekatinya dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh bulu kemaluan saya dan berkata "Salim, bagus! Demi kebenaran agamaku, lakukan hal yang sama padaku"

Usai berkata, dia bersandar dan saya melihat rambut kemaluannya sama seperti janggutnya. Saya kemudian mencukurnya. Lalu dia meraba bagian tersebut.
Begitu mengetahui bahwa bagian itu telah bersih, dia berkata "Salim, demi kebenaran agamaku, lakukan juga pada nyonya (al-dama, merujuk pada istri)"

Ksatria itu kemudian berkata kepada pelayannya, "beritahu nyonya agar datang ke sini"

Pelayan itu pergi lalu kembali bersama nyonya dan membawanya masuk ke dalam pemandian. Dan nyonya juga berbaring.
Ksatria itu mengulangi permintaannya, "lakukan seperti yang telah kau lakukan padaku".
Maka saya kemudian mencukur semua bulu kemaluannya, sementara suaminya duduk sambil memperhatikan. Akhirnya dia mengucapkan terima kasih dan membayar pelayanan yang telah saya berikan."


Tentang kisah ini, Hillenbrand menyampaikan pandangannya, "di dalam masyarakat yang kaum prianya melindungi kaum wanita, dan kaum wanita dilarang memperlihatkan wajah mereka tanpa tutup kecuali kepada sejumlah kerabat pria tertentu, kelakuan ksatria Salib tersebut dengan istrinya, memperlihatkan titik kesalahan dan kebejatan kaum Frank dan tidak adanya rasa cemburu yang memang "pantas" serta memperkuat nilai-nilai masyarakat Muslim".


Yang dikisahkan oleh Usamah adalah sikap seorang ksatria kaum Frank, salah satu pemimpin pasukan tentara Salib.
Yang seperti itu, Masyarakat Muslim akan berpikir, jika seorang tokoh masyarakatnya yang konon berpendidikan saja seperti itu, maka apalagi orang-orang Frank yang strata sosialnya berada di bawahnya pasti lebih hina.