Sabtu, 29 Januari 2011

Menyantap makanan secara mulia menurut Rasulullah SAW

Makan, minum dan berkembang biak adalah pemenuhan kebutuhan manusia. Agar kebutuhan-kebutuhan ini tak sekedar jadi pemenuhan tanpa makna, Nabi Muhammad SAW menggariskan aturan-aturan. Aturan-aturan ini juga dimaksudkan agar pemenuhan kebutuhan tadi tetap menjadi sarana manusia meraih kemuliaannya.
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan membaca Bismillah dan menggunakan tangan kanan setiap kali makan, memang terlihat mudah ajaran ini namun kandungan hikmahnya amatlah tinggi. Penyebutan asma ALLAH adalah pernyataan ruhani bahwa makan seseorang terkait langsung dengan ALLAH SWT, lontaran lisan ini juga merupakan pernyataan tak ada pihak lain yg terlibat dalam aktivitas makan itu selain yg bersangkutan, ALLAH SWT dan makanan sebagai karunia-Nya.

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Jabir R.A bahwa Rasulullah bersabda:
"Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya dengan menyebut Bismillah, saat masuk dan ketika makan, maka setan berkata pada temannya, 'Tiada tempat tinggal dan tiada makanan bagi kamu disini.' dan apabila seseorang masuk rumah tanpa menyebut Bismillah, setan berkata, 'Kamu dapat bermalam di rumah ini.' lalu jika di waktu makan tak disebut nama ALLAH, setan berkata pada temannya 'Kamu dapat bermalam dan makan di sini'."
jelas, penyebutan asma ALLAH menjadi semacam manifesto ketidak hadiran setan. jika kita lalai dan meluputkannya, berarti setan telah kita undang makan bersama kita.


Namun bagaimana jika seseorang lupa mengucapkan asma ALLAH dan baru menyadarinya di tengah-tengah makannya? Abu Dawud meriwayatkan hadits Rasulullah yg menjadi jawaban pertanyaan ini:
"Ketika Rasulullah SAW sedang duduk, ada seseorang makan tanpa menyebut nama ALLAH, hingga makanan tersisa di piringnya tinggal sesuap. Tiba-tiba di saat makanan sesuap itu akan dimasukan ke dalam mulutnya ia membaca: Bismillahi awwlahu wa akhirahu. Mendadak Nabi SAW tertawa dan bersabda, 'Setan makan bersama dia sepanjang makannya tadi, namun ketika ia menyebut nama ALLAH, setan kontan memuntahkan isi perutnya'."

Setiap kali nama ALLAH SWT disebut, keberkahan datang. Makanan yg disantap seseorang secara spiritual meningkat kualitasnya. Berkah ini menurut Nabi Muhammad SAW turun tepat di tengah-tengah makanan, karenanya Rasulullah pun menganjurkan seseorang memakan makanan dari pinggir-pinggir piringnya agar keberkahan itu dapat dirunut dari awal hingga akhir.

Keberkahan ini menjadi nilai standar porsi makan seseorang, makanan yg terpenuhi aspek berkahnya akan memberi konsekuensi seseorang makan dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan hal ini dalam hadits riwayat At-Tirmidzy: Aisyah berkata "Ketika Rasulullah SAW sedang makan-makan bersama enam orang sahabatnya, mendadak datang seorang Badui yg lantas memakan semua hidangan dalam dua kali suap. Maka Nabi SAW Bersabda, 'Seandainya ia menyebut nama ALLAH tentu (jumlah makanan yg ia santap itu) akan mencukupi kamu sekalian'."

Tidak berlebihan dalam jumlah, tidak berlebihan pula dalam prosesnya. Orang Badui itu tentulah menggunakan seluruh jarinya memakan makanan tersebut, Nabi Muhammad SAW menggambarkan betapa tidak baiknya hal itu. Beliau memberi contoh makan dengan tiga jari, sebab makan yg berkah memang hanya perlu tiga jari dalam prosesnya, makanan yg dimasukkan ke mulut akan pas jumlahnya untuk dikunyah dan dicerna secara berturut-turut. Kita tak akan tersedak dan makanan akan maksimal bermetamorfosa menjadi zat-zat yg diperlukan guna melangsungkan hidup kita.

Keberkahan itu mesti dijaga sepanjang makan. Nabi Muhammad SAW melarang kita mencaci makanan karena hal itu melunturkan berkah ALLAH dan membuat kita jadi orang yg tak bersyukur. Kita diperbolehkan meninggalkan makanan jika kita tak menyukainya.
Dan jangan lupa, akhiri aktivitas makan dengan mengucap Alhamdulillah..sebagai ungkapan rasa syukur kita atas nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SWT.


----- Amiin Ya Rabbal Alamiin -----